ETIKA LINGKUNGAN
By SER, dkk
Di manapun
di bumi, kita manusia hidup, berusaha dan tinggal pada suatu ruang wilayah.
Pada ruang wilayah itu kita berinteraksi
dengan tanah, air, tumbuhan, hewan dan bahakan sesama manusia. Kita bangun rumah, tempat berusaha, kebun,
pasar, jalan, jembatan, sekolah, pabrik dan sebagainya di ruang wilayah. Tempat
kita hidup ini diistilahkan dengan lingkungan hidup. Singkatnya, lingkungan
hidup adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia termasuk makhluk hidup dan
manusia lainnya yang memiliki hubungan timbal balik dan kompleks serta saling
mempengaruhi antara satu komponen dengan komponen lainnya.
Ruang wilayah yang merupakan lingkungan hidup manusia sesungguhnya merupakan bagian dari sistem ekologi atau ekosistem. Setiap ekosistem terdiri dari dua komponen yakni komponen biotik dan komponen abiotik. Komponen biotik pada lingkungan hidup meliputi seluruh makluk hidup di dalamnya, yakni binatang, manusia dengan segal prilakunya, tumbuhan, mikrobia dan benda hidup lainnya. Komponen abiotik adalah benda-benda mati yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup makhluk hidup di sebuah lingkungan yakni mencakup tanah, air, api, batu, udara, dan lain sebagainya.
Ruang wilayah sebagai ekosistem alami
Lingkungan hidup
didefinisikan ecara mendalam dan komprehensif dalam UU No 32 tahun 2009 sebagai
kesatuan ruang dengan semua benda, daya , keadaan, dan makhluk hidup termasuk
manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan,
dan kesejahteran manusia serta makhluk hidup lainnya.
Lingkungan hidup alami yang tidak
terganggu
Dalam keadaan alami,
ruang wilayah dengan segala komponen-komponennya itu ada dalam keadaan harmoni,
seimbang dan sejahtera. Lingkungan hidup selanjutnya menjagi terganggu hingga
mengalami kerusakan sebagai akibat dari faktor alami ataupun karena faktor
campur tangan manusia melalui dampak negatif kegiatan-kegiatan manusia.
Pemanfaatan ruang wilayah oleh manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan
manusia seperti papan, pangan, sandang,
pendidikan dan sebagainya telah
menyebabkan kerusakan di darat dan di laut. Lebih ironis lagi, manusia mulai
melupakan pentingnya melakukan menata
lingkungan secara konsisten dan konsekuen apalagi merawat lingkungan hidup, akibatnya
terjadilah kerusakan ekosistem di mana-mana serta menyebabkan terjadinya kehidupan
yang tidak maksimal pada lingkungan tersebut.
Disadari atau tidak,
bencana alam dan cuaca yang tidak menentu menjadi penyebab terjadinya kerusakan
lingkungan hidup. Bencana alam tersebut bisa berupa banjir, tanah longsor,
tsunami, angin puting beliung, angin topan, gunung meletus, ataupun gempa bumi.
Selain berbahaya bagi keselamatan manusia maupun mahkluk lainnya, bencana ini
akan membuat lingkungan hidup semakin rusak. Manusia sebagai makhluk berakal
dan memiliki kemampuan tinggi dibandingkan dengan makhluk lain akan terus
berkembang dari pola hidup sederhana menuju ke kehidupan yang modern. Dengan
adanya perkembangan kehidupan, tentunya kebutuhannya juga akan sangat
berkembang termasuk kebutuhan eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan.
Bencana alam sebagai faktor penyebab
kerusakan lingkungan
Kerusakan lingkungan yang
dipelopori manusia bisa dimulai dari adanya penebangan secara liar di ruang
wilayah hutan lindung yang menyebabkan banjir ataupun tanah longsor. Kerusakan juga dapat terjadi pada pembangunan
perumahan, sekolah pasar, sekolah, kawasan industri di ruang wilayah rawa-rawa
dengan metode penimbunan dari bahan yang diambil tanpa melakukan konpensasi
ruang yang digali sebagai tempat air. Selain itu, kerusakan lingkungan juga
terjadi akibat pembuangan sampah di sembarang tempat terlebih aliran sungai dan
laut akan membuat pencemaran tanah, air dan udara.
Pencemaran Tanah dan Air
Gangguan
dan kerusakan lingkungan di manapun akan
mempengaruhi kualitas udara, tanah, dan air sebagai bagian dari kesejahteraan
hidup manusia. Manusia akan menjadi terganggu kesejahteraannya karena udara
yang tercemar, tanah yang tercemar, tanah yang kualitasnya menurun akibat
terjadinya erosi tanah, air yang menurun kualitasnya. Manusia yang hidup di
lingkungan yang terganggu udara, tanah dan airnya akan terganggu kesehatannya
sehingga meningkat prevalensi penyakit-penyakit ISPA, malaria, disentri, diare,
TBC, kaki gajah, kanker, dan penyakit-penyakit yang menjangkit manusia akibat menurunnya kualitas
lingkungan mereka.
Penyakit Yang Terjadi Karena Faktor Lingkungan
Upaya untuk memicigasi
kerusakan lingkungan jauh lebih sulit dibandingkan dengan upaya pencegahan
(preventive measures) jika disadari oleh semua pihak sebagai pemangku
kepentingan terhadap lingkungan hidup yang sehat dan lestari. Kerusakan
lingkungan bisa diminimalkan manakala para pemangku kepentingan (stakeholders)
mempunyai kesadaran yang tinggi untuk menjaga lingkungan. Kesadaran itu dapat
terbentuk melalui pendidikan (edukasi). Pendidikan lingkungan hidup idealnya
dimulai dari usia dini. Yang paling penting adalah bagaimana anak-anak hingga
orang dewasa memahami nilai-nilai apa yang harus mereka fahami tentang
lingkungan hidup. Nilai-nilai di sini dapat berupa moralitas, cinta dan kasih
sayang terhadap lingkungan. Nilai-nilai dapat ditimbulkan pada manusia dengan
jalan mengenalkan nilai-nilai yang ada pada lingkungan itu sendiri.
Ekosistem itu mesti
dikenalkan nilai-nilai atau manfaatnya. Apa saja manfaat ekonomi, manfaat
sosial, manfaat ekologis, manfaat keberadaan, manfaat pilihan dan sebagainya.
Kepada anak-anak usia sekolah hingga perguruan tinggi mereka mesti diberi
pendidikan tentang bagaimana merekayasa lingkungan yang bijak atau ramah
lingkungan. Sebagai misal bagaimana membangun bangunan yang nyaman dan asri
tetapi tidak boros energi, menampung air hujan yang jatuh di atap dan halaman,
memanfaatkan sampah untuk kompos dan sebagainya.
Rumah yang memanen hujan sebagai
penerapan etika lingkungan
Sisi lain dari
pendidikan lingkungan bagi semua pemangku kepentingan terhadap lingkungan yang
sehat dan lestari adalah perlunya pemahaman dan penghayatan terhadap etika
lingkungan. Manusia perlu memahami sejumlah jenis etika yang baik dan tidak
baik terhadap lingkungan. Ada sejumlah mazhab etika lingkungan yang mesti
difahami sehingga tidak salah dalam beretika. Buku ini mencoba memaparkan
secara runut tentang pembangunan dan dampak negatifnya, pembangunan mesti
memperhatikan nilai-nilai lingkungan, pembangunan mesti memperhatikan etika
lingkungan, apa saja nilai-nilai
lingkungan, apa saja mazhab-mazhab etika lingkungan yang ada sejak dulu
sampai sekarang dan bagaimana kita mengelola lingkungan itu dengan pendekatan
etika lingkungan.